Nasional.Top

lisensi

Advertisement

Advertisement
Redaksi
Selasa, 21 Oktober 2025, 19:18 WIB
Last Updated 2025-10-22T07:14:06Z
NewsOpini

Maklumat Ulama Seluruh Aceh: Jejak Awal Resolusi Jihad dan Spirit Hari Santri

Advertisement


Oleh : Rozal Nawafil


Sebelum Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari—Rais Akbar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)—mengeluarkan Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945, ulama besar Aceh dari Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI), yaitu Maulana Syaikh Tgk. H. Muhammad Hasan Krueng Kale, telah lebih dahulu menerbitkan maklumat berjudul “Makloemat Oelama Seloeroeh Atjeh”.


Maklumat itu diterbitkan pada 15 Oktober 1945 di Kutaraja (Banda Aceh) dan ditandatangani oleh empat ulama terkemuka Aceh:

Tgk. H. Hasan Krueng Kale, Tgk. H. M. Daud Beureueh, Tgk. H. Ja’far Sidik Lamjabat, dan Tgk. H. Ahmad Hasballah Indrapuri. 


Isi maklumat ini sangat tegas: ulama Aceh menyatakan bahwa perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dan mengusir pasukan NICA (Netherlands‑Indies Civil Administration) yang hendak menjajah kembali Tanah Air setelah kekalahan Jepang sebagai kewajiban dan bentuk perang sabil (jihad fi sabilillah), kelanjutan dari perjuangan pahlawan Aceh terdahulu seperti Teungku Chik di Tiro dan pahlawan nasional lainnya. Ulama Aceh menyerukan agar seluruh rakyat bersatu dalam satu barisan, mendukung pemerintah Republik Indonesia di bawah pimpinan Ir. Soekarno, dan menolak segala bentuk penjajahan yang bertentangan dengan ajaran Islam.


Tak berselang lama, pada 25 Oktober 1945, Tgk. Hasan Krueng Kale secara pribadi juga mengeluarkan seruan dalam aksara Jawi (Arab Melayu) yang ditransliterasi, dicetak dan disebarluaskan oleh Markas Daerah PRI (Pemuda Republik Indonesia) dan dikirim ke seluruh pemimpin dan ulama di Aceh. Isinya kembali menegaskan kewajiban berjihad melawan penjajah, mempertahankan kemerdekaan, dan menjunjung tinggi agama Allah.


Seruan Abu Krueng Kalee ini segera menggugah semangat umat Islam Aceh. Dalam waktu singkat, Barisan Mujahidin terbentuk di berbagai daerah, yang kemudian berkembang menjadi Divisi Teungku Chik di Tiro. Selain itu, organisasi Persatuan Pelajar dan Pemuda Islam Indonesia (PERPIINDO), yang menghimpun semangat juang generasi muda Aceh, kemudian bertransformasi menjadi Komando Resimen Tentara Pelajar Islam, yang pada awal tahun 1947 resmi bergabung ke dalam Tentara Republik Indonesia (TRI) Divisi X Komandemen Sumatera.


Rangkaian peristiwa tersebut menunjukkan bahwa Aceh merupakan wilayah yang lebih dahulu mengumandangkan jihad fi sabilillah untuk mempertahankan kemerdekaan, bahkan sebelum Resolusi Jihad dikumandangkan di Surabaya.


Karenanya, ketika bangsa Indonesia kemudian menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri, momentum tersebut sejatinya juga menjadi ruang penghormatan bagi para ulama dan santri Aceh yang telah lebih awal menyerukan jihad mempertahankan kemerdekaan.


Semangat jihad para ulama Aceh pada Oktober 1945 membuktikan bahwa nilai-nilai keislaman, keulamaan, dan kebangsaan telah berpadu secara harmonis dalam sejarah perjuangan bangsa. Mereka tidak hanya berperan sebagai pembimbing spiritual, tetapi juga sebagai pemimpin gerakan rakyat yang menjadikan agama sebagai landasan moral perjuangan kemerdekaan.


Dari Kutaraja ke Surabaya, gelora jihad santri untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia bergema satu jiwa, satu tekad: “Hubbul Wathan Minal Iman,” Cinta Tanah Air adalah bagian dari Iman.


Penulis: Rozal Nawafil, S.Tr.IP. merupakan Wakil Sekretaris Pimpinan Daerah PERTI Provinsi Aceh, Ketua Bidang Dakwah, Sosial dan Ekonomi Kreatif PB KMTI, Wakil Ketua DPP Aceh Culture and Education (Action) dan ASN Pemkab Aceh Barat Daya.



Berikut transliterasi naskah asli Makloemat Oelama Seloeroeh Atjeh:


MAKLUMAT ULAMA SELURUH ACEH


Perang dunia kedua yang maha dahsyat telah tamat. Sekarang di Barat dan di Timur oleh empat kerajaan yang besar sedang diatur perdamaian dunia yang abadi untuk keselamatan makhluk Allah. Dan Indonesia, tanah tumpah darah kita, telah dimaklumkan kemerdekaannya kepada seluruh dunia serta telah berdiri Republik Indonesia di bawah pimpinan dari Yang Mulia Maha Pemimpin Kita Ir. Soekarno.


Belanda adalah suatu kerajaan yang kecil serta miskin, suatu negeri yang kecil, lebih kecil dari daerah Aceh, dan telah hancur lebur. Mereka sudah bertindak melakukan kekhianatannya kepada tanah air kita Indonesia yang sudah merdeka itu, untuk dijajahnya kembali.


Kalau maksud yang jahanam itu berhasil, maka pastilah mereka akan memeras segala lapisan rakyat, merampas semua harta benda negara dan harta rakyat, dan segala kekayaan yang telah kita kumpulkan selama ini akan musnah sama sekali. Mereka akan memperbudakkan rakyat Indonesia menjadi hambanya kembali dan menjalankan usaha untuk menghapus agama Islam kita yang suci serta menindas dan menghambat kemuliaan dan kemakmuran bangsa Indonesia.


Di Jawa, bangsa Belanda serta kaki tangannya telah melakukan keganasannya terhadap Kemerdekaan Republik Indonesia hingga terjadi pertempuran di beberapa tempat yang akhirnya kemenangan berada di pihak kita. Sesungguhnya begitu mereka belum juga insaf.


Segala lapisan rakyat telah bersatu padu dengan patuh berdiri dibelakang Maha Pemimpin Ir. Soekarno untuk menunggu perintah dan kewajiban yang akan dijalankan.


Menurut keyakinan kami, bahwa perjuangan ini adalah perjuangan suci yang disebut “Perang Sabil”.


Maka percayalah wahai bangsaku, bahwa perjuangan ini adalah sebagai sambungan perjuangan dahulu di Aceh yang dipimpin oleh Almarhum Tgk. Chik di Tiro dan pahlawan-pahlawan kebangsaan yang lain.


Dari sebab itu bangunlah wahai bangsaku sekalian, bersatu padu menyusun bahu mengangkat langkah maju ke muka untuk mengikut jejak perjuangan nenek kita dahulu. Tunduklah dengan patuh akan segala perintah-perintah pemimpin kita untuk keselamatan Tanah Air, Agama dan Bangsa.


Kutaraja, 15 Oktober 1945


Atas nama Ulama Seluruh Aceh,

Tgk. Haji Hasan Krueng Kale

Tgk. M. Daud Beureueh

Tgk. Haji Ja’far Sidik Lamjabat

Tgk. Haji Ahmad Hasballah Indrapuri


Diketahui oleh:

Yml. T. B. Residen Aceh

T. Nyak Arif

Disetujui oleh:

Yml. Ketua Komite Nasional

Tuanku Mahmud



Berikut transliterasi naskah asli Seruan Pribadi Abu Krueng Kale


Bismillah nasihat kepada sekalian Muslimin.

Alhamdulillahi mursyiduh, was shalatu wassalamu ‘ala Rasulillah.


Diharap kepada sekalian saudara Muslimin bahwa sekalian kita bersambung dengan nikmat Allah, yaitu kemerdekaan negeri-negeri kita Indonesia.


Hendaklah sekalian kita memberi syukur kepada Allah atas nikmat ... dan lain-lain nikmat pun hendaklah kita berapit-apit bersama-sama atas menghimpun Tentara Mujahidin buat men... agama Allah dan meninggi kalimat Allah dan mengikut aturan Islam.


Qalallahu Ta'ala:

"In tanshurullâha yanshurkum wa yutsabbit aqdâmakum" (Jika kamu menolong agama Allah, niscaya Allah menolong kamu dan meneguhkan kedudukanmu.)


Wa Qala Ta'ala:

"Wa ta‘âwanû ‘alal-birri wat-taqwâ wa lâ ta‘âwanû ‘alal-itsmi wal-‘udwân." (Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.)


Wa Qala:

"Qul yā ahlal-kitābi ta‘ālaw ilā kalimatin sawā’in bainanā wa bainakum allā na‘buda illallāha wa lā nusyrika bihī syai’an wa lā yattakhidza ba‘ḍunā ba‘ḍan arbāban min dūnillāh. Fa in tawallaw fa qūlū isy-hadū bi-annā muslimūn." (Katakanlah, “Wahai Ahlulkitab! Marilah menuju kepada satu kalimat yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain sebagai tuhan-tuhan selain Allah.” Jika mereka berpaling, maka katakanlah, “Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang Muslim.”)


Wa Qala Ta'ala:

"Waddu law takfurūna kamā kafarū fatakūnūna sawā’an" (Mereka ingin agar kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah kafir, sehingga kamu menjadi sama.)


Qalallahu Ta'ala:

"Wa lan tarda ʿanka al-yahūdu wa lā al-naṣārā ḥattā tattabiʿa millatahum." (Dan tidaklah Yahudi dan Nasrani itu akan ridha kepadamu selagi kamu tidak mengikuti agama mereka.)


Wajiblah atas kita bersambung-sambung atas melawan musuh Allah dan musuh Rasul dan mengikut s... al-Muslimin jangan mengikut Penjajah Kafirin atau yang miring kepada mereka itu yang hendak menjajah kembali Indonesia, wajiblah atas kita kasih dan cinta kepada Allah dan Rasulnya dan hendaklah kita mengorbankan Jiwa dan harta-harta kita pada menolong Agama Allah dan kerajaan-kerajaan yang sah.


Hādzā, wassalāmu ‘ala manittaba‘al-hudā.

Katibuh: Al-Faqīr Al-Haqīr Al-Hājj Muhammad Hasan Krueng Kale.

18 Zulqa‘dah 1364 H.