Nasional.Top

lisensi

Advertisement

Advertisement
Redaksi
Jumat, 24 Oktober 2025, 14:21 WIB
Last Updated 2025-10-24T08:55:31Z
NewsPolitic

Syekh Sulaiman ar-Rasuli, Pendiri PERTI Masuk Daftar 40 Calon Pahlawan Nasional 2025

Advertisement


Jakarta | Nasional.Top – Kementerian Sosial Republik Indonesia resmi mengumumkan daftar 40 tokoh nasional yang diusulkan untuk memperoleh gelar Pahlawan Nasional Tahun 2025.


Penyerahan berkas usulan dilakukan langsung oleh Menteri Sosial Saifullah Yusuf kepada Menteri Kebudayaan sekaligus Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan Pusat Fadli Zon di Kantor Kementerian Kebudayaan RI, Jumat (24/10/2025).


“Setiap usulan melalui proses seleksi berlapis, mulai dari daerah, provinsi, hingga kementerian. Semua didukung bukti historis yang kuat,” ujar Saifullah Yusuf.


Setelah melalui kajian mendalam, seluruh berkas diserahkan kepada Dewan Gelar Nasional untuk dibahas lintas lembaga. Sidang penetapan akhir akan merekomendasikan nama-nama yang layak kepada Presiden Republik Indonesia untuk disahkan sebagai Pahlawan Nasional Tahun 2025.


Ketua Dewan Gelar Nasional, Fadli Zon, memastikan proses ini berjalan objektif. “Kami menerima semua masukan dari masyarakat, akademisi, dan tokoh daerah. Keputusan akhir harus mencerminkan nilai perjuangan dan pengabdian,” ujarnya.


Salah satu nama yang kembali masuk dalam daftar tersebut adalah Syekh Sulaiman ar-Rasuli (1871–1970), ulama besar asal Canduang, Sumatera Barat, yang dikenal luas dengan panggilan Inyiak Canduang — pendiri Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI).


Beliau bukan hanya pendiri organisasi Islam berpengaruh, tetapi juga pelopor pendidikan Islam tradisional yang menanamkan semangat kebangsaan di kalangan ulama dan santri.


Sebagai tokoh sentral di Minangkabau, Inyiak Canduang mampu memadukan ilmu agama dengan semangat cinta tanah air, menjadikan surau sebagai pusat pembinaan moral, ilmu, dan perjuangan.


Prinsip yang dipopulerkannya; “Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah” menjadi pedoman harmonisasi antara adat Minangkabau dan ajaran Islam yang hingga kini tetap hidup di tengah masyarakat.


Pada masa penjajahan Belanda, Inyiak Canduang aktif dalam pergerakan sosial dan keagamaan. Tahun 1918, ia menjabat sebagai Ketua Cabang Syarikat Islam Candung–Baso. Kemudian 1921, bersama ulama Kaum Tua lainnya seperti Syekh Muhammad Saad Mungka, ia turut membentuk Ittihad Ulama Sumatera sebagai wadah persatuan ulama.


Pada 5 Mei 1928, beliau bersama Syekh Abbas Qadhi Ladang Laweh, Syekh Muhammad Jamil Jaho dan Syekh Abdul Wahid ash-Shalihi Tabek Gadang mendirikan Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) — organisasi massa Islam yang berhaluan Syafii-Asy'ari. Organisasi ini mengoordinasikan seluruh Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI), termasuk MTI Candung yang ia pimpin sendiri.


Ketika Jepang menduduki Hindia Belanda, Inyiak Canduang tetap berjuang melalui jalur keulamaan. Tahun 1943, ia memimpin Majelis Islam Tinggi Minangkabau, lembaga ulama yang menjadi cikal bakal konsolidasi Islam moderat di Sumatera Barat yang menyatukan ulama Kaum Muda dan Kaum Tua dalam memperkuat pendidikan dan moral umat. Pada tahun yang sama, beliau mewakili Minangkabau dalam Konferensi Alim Ulama di Singapura.


Setelah proklamasi kemerdekaan, kiprahnya makin meluas. Dalam Kongres PERTI di Bukittinggi (22–24 Desember 1945), beliau menjabat Ketua Dewan Penasihat Tertinggi Partai Islam PERTI dan membentuk Lasykar Muslimin Indonesia serta Lasykar Muslimat sebagai barisan pejuang selama Revolusi Nasional.


Pada 17 Januari 1947, ia dilantik menjadi Ketua Mahkamah Syar’iyah Sumatra Tengah, jabatan yang diembannya hingga 1958. Inyiak Canduang sejak awal menentang ideologi komunisme dan menolak pemberontakan PRRI.


Sebagai sesepuh PERTI, Inyiak Canduang bersama ulama PERTI lainnya seperti Syekh Muhammad Hasan Krueng Kale dan Syekh Muhammad Waly al-Khalidy melalui Konferensi Alim Ulama di Cipanas, Bogor tanggal 3–6 Maret 1954 berperan penting dalam penganugerahan konsep Waliyul Amri Adh-Dharuri bisy Syaukah, yaitu pengakuan ulama terhadap pemerintah Republik Indonesia sebagai pemimpin sah umat Islam dalam kondisi darurat.


Dalam Pemilu 1955, beliau terpilih menjadi anggota Konstituante dari PERTI dan bahkan memimpin sidang pertama Konstituante pada 10 November 1956.


Konsistensi Inyiak Canduang terhadap moralitas bangsa terekam jelas dalam Muktamar Ulama se-Indonesia di Palembang (8–11 September 1957), saat ia menyampaikan peringatan keras bahwa “Negara tidak akan sempurna tanpa pemerintah yang adil dan rakyat yang setia. Kesetiaan rakyat bergantung pada keadilan pemerintah.”


Dalam forum itu, para ulama di bawah pimpinannya juga menetapkan komunisme sebagai paham kufur dan mendesak pemerintah melarang PKI dan organisasi afiliasinya. Jauh sebelum tragedi G30S/PKI terjadi.


Masuknya nama Syekh Sulaiman ar-Rasuli dalam daftar calon Pahlawan Nasional 2025 menjadi momentum penting bagi pengakuan kontribusi ulama PERTI dalam perjuangan kebangsaan Indonesia.


Beliau adalah sosok yang menyatukan tradisi dan syariat, agama dan nasionalisme, pesantren dan perjuangan. Jika disahkan menjadi Pahlawan Nasional, namanya akan menegaskan bahwa pendidikan, dakwah, dan ilmu adalah bagian tak terpisahkan dari perjuangan kemerdekaan Indonesia.


Daftar Lengkap 40 Calon Pahlawan Nasional 2025


 Usulan Baru Tahun 2025


1. KH Muhammad Yusuf Hasyim – Jawa Timur
2. Demmatande – Sulawesi Barat
3. KH Abbas Abdul Jamil – Jawa Barat
4. Marsinah – Jawa Timur


Usulan Tunda (2010–2024)


5. Hajjah Rahmah El Yunusiyyah – Sumatera Barat (2011)

6. Abdoel Moethalib Sangadji – Maluku (2023)

7. Jenderal TNI (Purn) Ali Sadikin – Jakarta (2010)

8. Letkol (Anumerta) Charles Choesj Taulu – Sulawesi Utara (2023)

9. Mr Gele Harun – Lampung (2023)

10. Letkol Moch Sroedji – Jawa Timur (2019)

11. Prof Dr Aloei Saboe – Gorontalo (2021)

12. Letjen TNI (Purn) Bambang Sugeng – Jawa Tengah (2010)

13. Mahmud Marzuki – Riau (2022)

14. Letkol TNI (Purn) Teuku Abdul Hamid Azwar – Aceh (2021)

15. Drs Franciscus Xaverius Seda – Nusa Tenggara Timur (2012)

16. Andi Makkasau Parenrengi Lawawo – Sulawesi Selatan (2010)

17. Tuan Rondahaim Saragih – Sumatera Utara (2020)

18. Marsekal TNI (Purn) R. Suryadi Suryadarma – Jawa Barat (2024)

19. KH Wasyid – Banten (2024)

20. Mayjen TNI (Purn) dr Roebiono Kertopati – Jawa Tengah (2024)


Usulan Memenuhi Syarat Diajukan Kembali (2011–2023)


21. Syaikhona Muhammad Kholil – Jawa Timur (2021)

22. KH Abdurrahman Wahid – Jawa Timur (2010)

23. HM Soeharto – Jawa Tengah (2010)

24. KH Bisri Syansuri – Jawa Timur (2020)

25. Sultan Muhammad Salahuddin – Nusa Tenggara Barat (2012)

26. Jenderal TNI (Purn) M Jusuf – Sulawesi Selatan (2010)

27. HB Jassin – Gorontalo (2022)

28. Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja – Jawa Barat (2022)

29. M Ali Sastroamidjojo – Jawa Timur (2023)

30. dr Kariadi – Jawa Tengah (2020)

31. RM Bambang Soeprapto Dipokoesoemo – Jawa Tengah (2023)

32. Basoeki Probowinoto – Jawa Tengah (2023)

33. Raden Soeprapto – Jawa Tengah (2010)

34. Mochamad Moeffreni Moe’min – Jakarta (2018)

35. KH Sholeh Iskandar – Jawa Barat (2023)

36. Syekh Sulaiman ar-Rasuli – Sumatera Barat (2022)

37. Zainal Abidin Syah – Maluku Utara (2021)

38. Prof Dr Gerrit Augustinus Siwabessy – Maluku (2021)

39. Chatib Sulaiman – Sumatera Barat (2023)

40. Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufri – Sulawesi Tengah (2010)