Nasional.Top

lisensi

Advertisement

Advertisement
Redaksi
Minggu, 31 Agustus 2025, 19:02 WIB
Last Updated 2025-08-31T12:20:55Z
ActivismNews

Action Bersihkan Makam Uleebalang Blangpidie ke-X, Teuku Rayeuk

Advertisement


Blangpidie, Nasional.Top – Aceh Culture and Education (Action) melalui Balitbang dan Museum Susoh pada Minggu (31/08/2025) melakukan inventarisasi situs sejarah sekaligus pembersihan makam Teuku Rayeuk, Uleebalang Blangpidie ke-X, di Gampong Meudang Ara, Blangpidie, Aceh Barat Daya.


Kegiatan ini bertujuan menggali kembali sejarah perjuangan para umara dan ulama dalam mempertahankan kedaulatan bangsa serta daerah. Pembersihan dipimpin langsung oleh Teuku Ilham Apriliansyah, Kepala Museum Susoh, didampingi Assauti Wahid (Tim Ahli Cagar Budaya) dan Amalul Ahli (Kurator Museum).



Ketua DPP Action Aris Faisal Djamin mengatakan, kegiatan ini penting untuk mengingat kembali kiprah tokoh lokal.


"Teuku Rayeuk adalah Uleebalang Blangpidie ke-10. Beliau memainkan peran penting dalam masa transisi kepemimpinan, ketika putera mahkota; Teuku Sabi, masih kecil atau belum baligh," ujar Aris kepada Nasional.Top.


Adapun daftar uleebalang Blangpidie adalah:

  1. Nyak Seri Gampong Lhang
  2. Tok Lampoh Deue
  3. Tok Keuchik Ponda
  4. Teuku Keuchik di Lama
  5. Nyak Ben alias Teuku Ben Agam
  6. Teuku Ben Abbas
  7. Teuku Nyak Sawang, bergelar Raja Muda Blang Pedir
  8. Teuku Bentara Blang Mahmud Setia Raja alias Teuku Ben Mahmud
  9. Teuku Banta Sulaiman
  10. Teuku Rayeuk
  11. Teuku Sabi


Secara terpisah, Wakil Ketua DPP Action Rozal Nawafil yang sedang berada di Medan menegaskan bahwa Teuku Rayeuk adalah putra Teuku Ben Mahmud dengan istri keduanya, Cut Halimah alias Cut Mata Ie.


“Setelah menamatkan Sekolah Raja di Bukittinggi, beliau dipercaya menjadi Pemangku Uleebalang Blangpidie pasca Teuku Banta Sulaiman diberhentikan sebagai Zelfbestuurder oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada 30 Oktober 1917,” terang Rozal.


Pengangkatan Teuku Rayeuk ditetapkan melalui SK Gubernur Jenderal Hindia Belanda Nomor 33 tanggal 29 Agustus 1918.


Pada masa pemerintahannya, tepatnya 11 September 1926, terjadi penyerangan bivak Blangpidie oleh Teungku Peukan dan pengikutnya.


"Atas instruksi Teuku Rayeuk bersama Qadhi Yunus, jenazah Teungku Peukan dimakamkan sebagai syuhada di halaman Masjid Jamik Blangpidie, sehingga membuat marah pemerintah kolonial," tandas Rozal.


Dikarenakan hal tersebut, pemerintah kolonial memberhentikan Teungku Yunus dari jabatannya sebagai Qadhi Blangpidie. Ia digantikan oleh Teuku Mahmud alias Abu Syekh Mud yang kemudian mendirikan Dayah Bustanul Huda pada tahun 1928.


"Tak lama berselang, pada 11 Oktober 1929, Teuku Rayeuk diberhentikan dengan hormat dari posisinya sebagai Zelfbesturder Blangpidie dan digantikan oleh Teuku Sabi bin Teuku Banta Sulaiman bin Teuku Ben Mahmud," tutup Rozal. []