Advertisement
![]() |
Seminar Sejarah Jalur Rempah di Aula Teungku Chik di Kila, BAPPEDA Aceh Barat Daya (28 Juli 2025) |
Nasional.Top, Blangpidie – Rangkaian Festival Jalur Rempah Barsela 2025 resmi ditutup melalui kegiatan penuh makna: Seminar Sejarah Jalur Rempah. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Aceh Culture and Education (ACTION) dan digelar di Aula Teungku Chik di Kila, BAPPEDA Aceh Barat Daya pada Senin (28/7/2025).
Seminar ini mengangkat tema: “Bandar Susoh dan Kuala Batu dalam Catatan Sejarah Perdagangan Rempah; Tinjauan Hasil Penelitian dan Peninggalan Objek Diduga Cagar Budaya”, yang menjadi momentum penting untuk menelusuri kembali peran strategis pesisir Barat-Selatan Aceh dalam sejarah perdagangan global dan potensi ekonomi masa kini.
Kegiatan ini sekaligus menjadi acara penutup dari rangkaian Festival Jalur Rempah Barsela 2025 yang telah digelar sejak 19 Juli, dengan total lebih dari lima kegiatan utama yang mengangkat isu budaya, sejarah, dan ekonomi rempah di kawasan pantai barat selatan Aceh.
“Bandar Susoh dan Kuala Batu bukan sekadar titik di peta, tapi tapak sejarah dan simpul peradaban. Rempah bukan sekadar komoditas ekonomi, melainkan identitas budaya. Kita punya warisan yang bisa menjadi kekuatan pembangunan. Ini saatnya berani mengangkatnya,” ujar Asisten I Setdakab Abdya, Mussawir, S.Sos., M.Si. saat membacakan sambutan resmi Bupati Aceh Barat Daya.
Ia menambahkan bahwa warisan sejarah seperti situs benteng, batu nisan tua, hingga catatan pelayaran internasional bukan untuk dikenang semata, tetapi harus dijadikan rujukan arah kebijakan ke depan—khususnya dalam sektor pariwisata sejarah dan industri rempah.
Seminar ini menghadirkan empat narasumber: Assauti Wahid, S.Hum, M.Ag (Tim Ahli dan Peneliti ACTION) yang memaparkan temuan batu nisan Aceh di Susoh dan pendataan situs Benteng Kuala Batu sebagai Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB); Aris Faisal Djamin, SH (Pemateri Jalur Rempah PKA-8, Ketua ACTION) yang menjelaskan tentang Bandar Susoh dan Kuala Batu dalam Jalur Perdagangan Dunia.
Kemudian juga hadir Dr. Muhajir Al-Fairusi, MA (Sejarawan dan Penulis Buku Sejarah Rempah Aceh) yang menyoroti relasi antara sejarah kawasan rempah, situs cagar budaya, dan potensi ekonomi; serta Rahmat Novtriandi, ST (Pengusaha Muda & Praktisi Ekonomi Digital) yang menyampaikan pentingnya revitalisasi komoditas rempah sebagai penggerak ekonomi lokal Abdya.
Peserta seminar datang dari berbagai kabupaten: Sabang, Aceh Besar, Aceh Selatan, Aceh Barat, Abdya, hingga Simeulue. Hadir pula tokoh masyarakat, penggiat sejarah, OKP, OSIS, dan para petua gampong. Acara ditutup dengan penyerahan penghargaan kepada BPK Wilayah I, para pemateri, dan tamu kehormatan.
Sebagai bagian dari simpul jalur rempah dunia, Pantai Barat Selatan Aceh diharapkan mampu kembali mengukuhkan posisinya dalam peta rempah Nusantara dan dunia melalui diplomasi budaya dan ekonomi berbasis sejarah. Hasil seminar ini juga mendorong proses percepatan legalisasi situs Kuala Batu sebagai Cagar Budaya resmi yang dilindungi, agar nilai historisnya tidak hilang ditelan waktu.
Aceh Barat Daya dan Aceh Selatan dikenal memiliki potensi besar sebagai sentra rempah unggulan, mulai dari pala, cengkeh, hingga lada. Namun tantangannya adalah membangun nilai tambah melalui hilirisasi, brand lokal, dan pemanfaatan sejarah sebagai elemen naratif ekonomi. “Rempah jangan hanya dijual kiloan. Rempah harus dikemas, diberi cerita, dan menjadi produk identitas kita,” tegas Rahmat dalam diskusi akhir sesi.
Rangkaian Festival Jalur Rempah Barsela 2025 yang dimulai sejak 19 Juli, telah menghadirkan semangat baru dalam memadukan sejarah, budaya, dan ekonomi. Meuseuraya, Workshop Ekonomi Rempah, Duek Pakat Kebudayaan, hingga seminar ini menjadi satu kesatuan gerakan untuk menghidupkan kembali kejayaan rempah Aceh dengan pendekatan kontemporer.
"Seminar ini bukan sekadar penutupan, tetapi awal dari langkah panjang membangun daerah dari kekuatan sejarahnya sendiri. Barsela tak hanya penghasil rempah, tetapi juga pewaris kejayaan dunia. Kini saatnya sejarah itu kembali hidup—dengan riset, kolaborasi, dan visi ke depan," ujar Ketua ACTION, Aris Faisal Djamin.
Seminar ini juga merekomendasikan penyusunan dokumen hasil dan pemetaan jalur sejarah rempah untuk ditindaklanjuti menjadi bagian dari kurikulum lokal, destinasi edukatif, produk ekonomi kreatif khas rempah di Barsela, hingga pembentukan Laboratorium Rempah sebagai pusat inovasi berbasis masyarakat.
"Ke depan, hasil seminar ini akan dirumuskan menjadi buku atau rekomendasi bersama untuk mendorong pelestarian situs sejarah rempah, pengembangan ekonomi berbasis rempah, serta penetapan kawasan Bandar Susoh–Kuala Batu sebagai jalur sejarah dan destinasi budaya unggulan di barat selatan Aceh," tandasnya. (RNa)