Advertisement
Nasional.Top, Blangpidie — Upaya membangkitkan kembali semangat kesenian di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) resmi dimulai dengan terbentuknya Tim Formatur Dewan Kesenian Aceh (DKA) Kabupaten Aceh Barat Daya. Dalam forum musyawarah yang digelar di Lampoh Kopie, yang dihadiri oleh para pelaku seni, budayawan, dan tokoh komunitas kreatif setempat, Yogie Achmad ditetapkan secara aklamasi sebagai Ketua Tim Formatur.
Pembentukan tim ini merupakan tindak lanjut dari Surat Mandat Nomor 003/DKA/4.m-e/2025 yang dikeluarkan oleh Dewan Kesenian Aceh Provinsi. Dalam mandat tersebut, Adi Khairi, Kepala Biro Teknologi Informasi dan Komunikasi DKA Provinsi, ditunjuk sebagai fasilitator utama yang mendampingi proses pembentukan struktur DKA di Abdya.
Adi Khairi menyatakan bahwa revitalisasi Dewan Kesenian Aceh di Abdya adalah langkah penting yang tidak hanya menyentuh aspek organisasi, tetapi juga menyentuh kesadaran kolektif tentang pentingnya merawat identitas budaya daerah. Menurutnya, Abdya merupakan salah satu wilayah di Aceh yang paling kaya secara kesenian dan kebudayaan, terutama melalui warisan seni pertunjukan seperti seni tutur, syair tradisi, tari daerah, dan musik rapa’i geleng yang memiliki nilai estetika tinggi sekaligus kekuatan spiritual.
“Kekayaan budaya Abdya tidak boleh hanya jadi memori. Ia harus dihidupkan kembali, diberi ruang untuk tumbuh, dan dilibatkan dalam proses pembangunan karakter masyarakat. Kita tidak hanya menghidupkan organisasi, tetapi membangunkan kembali ruh kebudayaan yang lama tertidur,” ujar Adi.
Ia menegaskan bahwa DKA harus menjadi wadah inklusif, terbuka, dan hangat bagi semua pelaku seni—baik dari kalangan senior maupun generasi muda. “Kita ingin menciptakan ruang kebudayaan yang tidak mengkotak-kotakkan, melainkan menyatukan. Seni tradisi dan seni kontemporer bisa tumbuh berdampingan, saling memperkaya satu sama lain.”
Lebih lanjut, Adi mengajak seluruh pihak, termasuk pemerintah daerah, untuk terlibat aktif dalam mendukung pengembangan seni budaya. “Kita membutuhkan kebijakan yang berpihak, dukungan anggaran yang memadai, serta keterlibatan aktif dalam membuka ruang-ruang ekspresi budaya di tengah masyarakat. Ini bukan hanya tentang seni, tetapi tentang siapa kita sebagai bangsa dan daerah.”
Sementara itu, Ketua Tim Formatur terpilih, Yogie Achmad, menyampaikan bahwa amanah ini merupakan tanggung jawab kolektif yang harus dijalankan dengan penuh dedikasi dan keterbukaan. Ia menyebut, semangat membangun kembali DKA bukan hanya sebatas membentuk struktur kelembagaan, melainkan juga membangun gerakan kebudayaan yang menyentuh seluruh elemen masyarakat.
Tim Formatur, lanjut Yogie, akan segera menjalankan lima langkah strategis yaitu (1) Menyusun struktur organisasi DKA Abdya yang inklusif dan representatif, (2) Menjangkau semua pelaku seni budaya di Abdya tanpa diskriminasi, (3) Merancang program kerja awal yang berpijak pada tradisi dan terbuka pada inovasi, (4) Membangun jejaring kerja sama dengan komunitas, institusi, dan pemerintah, dan (5) Menegakkan prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam setiap proses.
“Kami ingin DKA menjadi ruang bersama yang menghidupkan kembali semangat berkesenian masyarakat Abdya. Tidak hanya melestarikan, tapi juga menciptakan. Tidak hanya mengenang, tapi juga menggerakkan,” jelas Yogie.
Ia juga menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat luas. “Warisan budaya Abdya adalah milik kita semua. Kita harus bergandeng tangan menjaga, menghidupkan, dan mewariskannya kepada generasi berikutnya. Ini bukan tugas segelintir orang, melainkan panggilan seluruh warga yang mencintai kampung halamannya.”
Dengan terbentuknya Tim Formatur ini, Dewan Kesenian Aceh Kabupaten Aceh Barat Daya resmi memasuki fase baru dalam perjalanannya. Harapannya, obor kebudayaan yang kembali menyala ini akan menjadi suluh penerang bagi generasi Abdya yang mencintai seni dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur budaya Sigupai.