Nasional.Top

lisensi

Advertisement

Advertisement
Aris Faisal Djamin S.H
Jumat, 31 Mei 2024, 19:36 WIB
Last Updated 2024-06-02T12:35:12Z
NewsOpini

Mengenang Buya Syafi’i Ma’arif dan Pesannya Untuk Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Advertisement

  

Buya Prof. K.H. Ahmad Syafii Maarif, S.S., M.A., Ph.D

Nasional.Top, Banda Aceh - Syafi’i Ma’arif atau buya Syafi’i merupakan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang menjabat selama tujuh tahun, mulai dari tahun 1998 sampai dengan 2005. Beliau lahir di Sumpur Kudus, Minangkabau, sebuah daerah kecil di Sumatera Barat. Di usianya yang ke-86 tahun beliau menghembuskan nafas terakhir di RS PKU Muhammadiyah gamping, Sleman, Yogyakarta, pada pukul 10.15 WIB, Jumat (27/5/2022).


Menginjak 2 tahun kepergian beliau, peran beliau bagi bangsa dan persyarikatan tak luput dari ingatan. Pada masanya, buya Syafi’i merupakan seorang cendikiawan, kapasitas intelektual dan sumbangsih pikirannya terhadap persyarikatan dan bangsa sudah tak perlu diragukan. Wajar saja, jika kepulangan beliau meninggalkan duka yang mendalam bagi bangsa kita.


Buya Syafi’i juga terkenal akan loyalitasnya sebagai kader persyarikatan Muhammadiyah. Gagasan dan ide cemerlang selalu di dedikasikan untuk generasi Muhammadiyah yang akan datang, terutama kepada Ikatan Pelajar Muhammadiyah sebagai penyambung tongkat estafet masa depan Persyarikatan. Ada banyak pesan yang dititipkan oleh buya, sebelum beliau wafat untuk Pelajar Muhammadiyah. Salah satunya menitipkan agar IPM mengembangkan pergaulan yang luas. Di lansir dari channel YouTube PP IPM 5 tahun yang lalu, buya syafii pernah berpesan untuk kader IPM yakni.


“IPM itu Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Walaupun memakai nama Muhammadiyah, tapi pergaulan saudara harus lebih luas. Jangan hanya bergaul dengan sesama Muhammadiyah saja. Sebab, kita Muhammadiyah ini semestinya harus menjadi tenda besar bangsa. Muhammadiyah secara umum, termasuk juga IPM, radius pergaulan harus sangat luas”.


Menurut buya, di era global seperti sekarang ini pergaulan sangat menentukan nasib Muhammadiyah dan bangsa dimasa depan. Karena dengan pergaulan yang baik, IPM nantinya dapat menyebarkan ajaran-ajaran yang baik sesuai dengan cita-cita Muhammadiyah.  Menyambung pembicaraan, Buya juga mengungkapkan agar IPM meningkatkan prestasi, hidupkan diskusi dan memperbanyak literasi agar menjadi kunci untuk menjawab segala kesulitan zaman.


”Zaman sekarang ini memang serba tidak pasti dan sulit sekali. Tapi, sebagai manusia yang harus berfikir positif, hadapi saja zaman itu dan siapkan diri, (pelajari) ilmu pengetahuan. Kemudian, saudara yang masih sekolah, masih kuliah, tingkatkan prestasi, perbanyak berdiskusi dan banyak baca buku. Literasi itu penting sekali. Tanpa literasi itu kita tidak akan mengerti apa yang terjadi.”


Mengutip dari pembicaraan buya di atas, berfikir secara positif dan mempersipkan diri adalah cara bagi pelajar dalam melewati setiap kesulitan zaman. Ungkapan buya ternyata selaras dengan tantangan zaman yang dihadapi oleh pelajar saat ini. Dimana, perubahan moral menurun dibarengi dengan maraknya penggunaan medsos yang mengandung fitnah dan ujaran kebencian. Maka, penguatan diskusi dan literasi menjadi cara agar tidak terjerumus dalam hal tersebut. Kendati demikian, dalam sambungan pembicaarn buya juga mengungkapkan kehati-hatian dalam meggunakan media sosial.


Jadi, medsos itu penting, tapi harus ekstra hati-hati, sebab ada yang positif ada juga yang buruk. Kita harus pandai memilih dan memilah, agar kita tidak terkontaminasi oleh berita hoaks, fitnah, yang meraja lela sekarang ini. Dan ini bukan hanya gejala di Indonesia saja, namun juga gejala global, terjadi dimana-mana, di Eropa, Amerika, dan lain-lain sama-sama terjadi. Dunia sekarang memang dunia yang cair dan agak menakutkan. Bagaimanapun juga, kita sebagai orang beriman kita tidak pernah putus asa dan pahami zaman itu. Dan kemudian hadapi dan mempersiapkan diri, apalagi nanti kita dihadapkan pada tahun 2045, dimana Indonesia berusia 100 tahun, mudah-mudahan bangsa ini bertahan dan akan lebih baik.


Pada pernyataan buya di atas, kekhawatiran akan terjerumusnya penggunaan medsos yang salah menjadi isue yang harus ditepis oleh pelajar. Tidak hanya itu, diujung pembicaraan buya juga memberi solusi bagaimana pelajar Muhammadiyah dapat melewati segala tantangan yang dihadapi kedepannya dengan memiiki wawasan yang luas. Lebih lanjut, buya juga berharap IPM akan berperan besar dalam pembangunan bangsa di masa yang akan datang.


Bagi saya, tidak ada jalan lain kecuali anak IPM dan generasi muda Muhammadiyah pada umumnya, harus mempunyai wawasan kebangsaan. Pertama, wawasan kemanusiaan, wawasan kebangsaan, wawasan keumatan dan kemudian wawasan Persyarikatan. Itu yang kurang selama ini di Muhammadiyah. Muhammadiyah sibuk dengan dirinya. Sebagai kader Muhammadiyah, harus mempunyai sifat patriotis untuk membela bangsa ini, dengan kejujuran dan ilmu pengetahuan. Kekurangan Muhammadiyah adalah belum memiliki pakar atau yang betul-betul profesional, yang diakui oleh semua golongan, apakah itu di bidang ekonomi, bidang kesehatan, bidang politik, bidang pertanian, memang ada beberapa profesor, doktor kita, tetapi belum diakui secara nasional. Oleh karena itu IPM justru harus memikirkan hal ini, sebab pada masanya nanti anda akan mengambil peran itu. Siapkan sumber daya manusia yang sehebat-hebatnya dan kemudian masuk ke dalam gelombang besar kekuatan bangsa ini.


Sebelum menutup pembicaraan buya juga berpesan, untuk mewujudkan kader yang akan berperan besar bagi persyarikatan dan juga bangsa, IPM harus mampu keluar dari keterbatasan seorang kader, harus mampu melampaui batas, sehingga bisa berkiprah di negara yang dicintai ini. Oleh sebab itu, buya menitipkan untuk mempersiapkan SDM yang sehebat-hebatnya dengan menjunjung tinggi profesionalisme, integritas dan komitmen kebangsaan.


Jangan hanya berkutat di dalam (inward looking), karena hal itu tidak hanya akan menolong. Kalau misalnya orang Muhammadiyah gagal menjadi presiden hal itu masuk akal, karena memang Muhammadiyah sejak awal tidak dirancang untuk mengurus negara. Itu masalah kita. Apakah pada masa abad kedua ini Muhammadiyah akan tetap begitu, atau kita akan menambah beban kita, yakni beban yang sangat mulia, disamping membantu bangsa dan negara tetapi juga ikut mengusung. Karena itu, siapkan SDM yang sehebat-hebatnya, sedahsyat-dahsyatnya, untuk berkiprah di negara tercinta ini, dengan mengedepankan profesionalisme, mempunyai integritas, dan memiliki komitmen kebangsaan yang kuat sekali”.Dikutip dari youtube channel PP IPM yang berjudul “pesan buya Syafii Ma’arif Untuk Kader IPM”.


Mungkin begitulah, pesan yang diberika oleh buya Syafi’i Ma’arif kepada Ikatan Pelajar Muhammadiyah, sebagai anak kandung persyarikatan. Kehadiran IPM harus menjadi unggul baik didalam organiasasi maupun terhadap bangsa. Semoga, dengan mengenang nasehat buya Syafi’i Ma’arif sebagai tokoh teladan bangsa, dapat membangkitkan jiwa semnagat kader, untuk mewujudkan generasi emas 2045.


Penulis : Muhammad Alfhat Ghifari (Kader PW IPM Aceh)